Friday, March 25, 2011

|- kelas orkestrasi 1 -|

Prinsip Dasar Orkestrasi*
(Principles of Orchestration)
karya Nikolay Rimsky-Korsakov
*dengan pembahasan difokuskan pada Bab III: Harmoni
disadur dan diterjemahkan oleh Lie Indra Perkasa

Bagian  I
H a r m o n i
O b s e r v a s i    U m u m

Seni orkestrasi itu membutuhkan sebuah keindahan dan keseimbangan dalam mendistribusikan *paduan-nada (baca: ‘chords’/akord) yang membentuk tekstur harmoni. Lebih lanjut, transparansi, ketepatan , dan kejelasan dari pergerakan masing-masing *harmoni-bagian (baca: ‘harmonic parts’) juga merupakan esensi utama dalam mencapai resonansi/bunyi ideal. Pergerakan harmoni-bagian yang kurang tepat dapat menyebabkan ketidaksempurnaan pada resonansi/bunyi.

catatan:
Ada banyak orang yang menganggap bahwa seni orkestrasi itu hanyalah persoalan memilih instrumen dan kualitas nada, juga ada banyak yang percaya jika sebuah komposisi orkestra terdengar kurang enak maka sudah pasti dikarenakan oleh kesalahan dalam pemilihan instrumen dan *warnanada (baca: ‘timbre’). Padahal ketidakpuasaan terhadap resonansi/bunyi yang dihasilkan seringkali disebabkan semata-mata dari hasil penanganan harmoni-bagian yang kurang baik, dan komposisi seperti ini biasanya akan seterusnya terdengar kurang enak terlepas dari apapun pilihan instrumentasinya. Lain halnya, seringkali di sebuah bagian komposisi yang mana paduan-nada nya didistribusikan secara tepat, dan pergerakan harmoni-bagian nya ditangani dengan baik, akan tetap terdengar sama bagusnya jika dimainkan oleh alat gesek (strings), alat tiup kayu (woodwind), atau alat tiup metal (brass).
Seorang komponis harus bisa membayangkan secara rinci formasi harmoni dari komposisi yang akan ia orkestrasi. Jika pada *bagan-kasar (baca: ‘rough sketch’) nya terdapat ketidakpastian dalam hal jumlah ataupun pergerakan harmoni-bagian , diharapkan bisa segera menuntaskan permasalahan ini. Selain itu, juga sangatlah penting bagi seorang komponis untuk bisa menyusun dengan jelas konstruksi dan elemen-elemen musikal dari komposisinya, dan menyadari secara tepat sifat dasar dan keterbatasan dari tema, frasa, dan ide-ide yang akan digunakan.

Setiap transisi dari satu susunan harmoni ke susunan lainnya; dari harmoni 4-bagian ke 3-bagian , atau dari harmoni 5-bagian ke 1-bagian (unison), harus dibarengi dengan perkenalan pada sebuah ide yang baru, tema atau frasa yang segar; jika tidak maka sang orkestrator akan menghadapi banyak masalah yang tak terduga dan sulit diselesaikan.

Contohnya, jika dalam sebuah bagian komposisi yang ditulis untuk harmoni 4-bagian lalu kemudian dimasukan sebuah harmoni-5bagian , maka sebuah instrumen baru harus ditambahkan untuk memainkan bagian ke-5 ini, dan penambahan ini dapat dengan mudahnya merusak resonansi harmoni yang sudah ada, dan menjadikan resolusi bunyi atau progresi harmoni-bagian yang kurang enak.


J u m l a h   d a r i   H a r m o n i-B a g i a n   ---   D u p l i k a s i

Dalam sebagian besar kasus seringkali harmoni ditulis dalam 4-bagian; hal ini tidak hanya diterapkan pada akord tunggal atau serangkaian akord tunggal, tetapi juga diterapkan pada formasi dasar dari sebuah harmoni. Harmoni yang awalnya terlihat terdiri dari 5, 6, 7, dan 8-bagian ini biasanya hanya terdiri dari harmoni 4-bagian dengan tambahan harmoni-bagian lainnya.

Bagian tambahan ini tak lain hanya merupakan duplikasi dari 3-bagian atas, kemudian ditempatkan pada satu oktaf atau lebih diatasnya membentuk harmoni seperti aslinya. Untuk nada bass (bagian paling bawah) hanya diduplikasi ke oktaf rendah. Video berikut akan menjelaskan maksud saya:
A. Penulisan harmoni-bagian sempit (baca: ‘close-part’)




B. Penulisan harmoni-bagian lebar (baca: ‘widely-divided part’)














catatan:
Pada harmoni-bagian lebar hanya bagian sopran dan alto yang bisa diduplikasi satu oktaf ke atas. Duplikasi bagian tenor harus dihindari, yang mana akan menghasilkan harmoni-bagian sempit, dan duplikasi bagian bass akan memberikan efek ‘berat’. Bagian bass ini tidak boleh dicampur dengan bagian lainnya: (...bersambung ke Bagian II)