Sunday, September 18, 2011

Studi Kontrapung: Prakata dan Dialog (1)


Studi Kontrapung
dari GRADUS AD PARNASSUM (1725) karya Johann Joseph Fux
diterjemahkan dan disadur ke dalam bahasa Indonesia oleh Indra Perkasa dari versi bahasa Inggris terjemahan Alfred Mann 
Prakata dari Penulis untuk para Pembaca
Beberapa orang mungkin akan bertanya-tanya mengapa saya berusaha menulis tentang musik, dengan sudah begitu banyaknya buku-buku tentang musik yang bagus-bagus dan banyak dipelajari olah orang-orang diluar sana, dan khususnya, mengapa saya harus melakukan ini yang dimana saat ini musik sudah hampir menjadi sesuatu yang serba acak dan para komponis menolak untuk terikat pada aturan dan prinsip apapun, menolak mentah-mentah hal yang berbau sekolah dan aturan. Untuk itu saya ingin memperjelas tujuan saya. Telah banyak belakangan ini penulis-penulis yang dikenal melalui ajaran-ajaran dan kompetensinya, yang telah banyak menuliskan tentang teori musik, tetapi sangat sedikit dari mereka yang membicarakan tentang pelatihan menulis musik, dan dari yang sangat sedikit ini  pun sulit dimengerti. Secara umum, mereka hanya memberikan beberapa contoh, dan mereka tidak pernah merasa perlu untuk menemukan cara baru yang sederhana untuk para pemula agar bisa pelan-pelan memahami, secara bertahap untuk menguasi seni (musik) ini.


Saya tidak percaya bahwa saya bisa menarik kembali para komponis dari kebebasan mereka dalam menulis ke cara standar yang normal. Biarkan masing-masing mengikuti jalannya mereka sendiri. Tujuan saya adalah membantu para generasi muda yang ingin belajar. Saya tahu masih banyak orang-orang yang sangat berbakat yang sangat ingin belajar; tetapi, kekurangan sumber pengetahuan dan guru, mereka tidak bisa merealisasikan ambisi mereka, yang akhirnya tetap selalu pada posisi selamanya haus ilmu tanpa tahu tujuan.

Mencari solusi untuk masalah ini, maka dari mulai beberapa tahun yang lalu, saya mengerjakan sebuah metode yang prinsipnya mirip dengan bagaimana cara anak-anak pertama kali mempelajari huruf alfabet, kemudian suku kata, lalu kombinasi dari suku kata, dan terakhir bagaimana cara membaca dan menulis. Ketika saya menggunakan metode ini dalam mengajar saya memperhatikan ternyata murid-murid cepat sekali kemajuannya dalam waktu yang singkat. Oleh karena itu saya berpikir ingin memberikan kontribusi jasa terhadap kesenian dengan menerbitkan buku ini untuk para murid-murid muda, dan membagikan pengalaman saya kepada dunia musik yang sudah hampir tiga puluh tahun. Selain itu, seperti Cicero mengutip Plato: “Kita tidak hidup untuk kita sendiri; hidup kita juga termasuk untuk negara, orang tua, dan untuk teman-teman kita.”

Kalian akan menyadari, para pembaca, bahwa saya telah memberikan sangat sedikit ruang untuk teori dan banyak sekali untuk pelatihan, karena inilah kebutuhan utamanya.

Terakhir, demi pemahaman yang lebih baik dan akurat, saya menggunakan format Dialog. Aloysius, sang guru, saya mengacu pada Palestrina, sang simbol kejayaan musik, dari Praeneste (atau juga dikenal sebagai, Praeeste), yang mana saya berhutang semua pengetahuan yang saya tahu tentang seni ini, dan saya tidak akan pernah lupa untuk terus menghargai dengan penuh penghormatan akan jasa-jasanya.
Josephus, adalah tokoh seorang murid yang ingin belajar komposisi.
Akhir kata, tolong jangan tersinggung atas gaya berbicara saya. Karena saya lebih suka dimengerti daripada tampak fasih.
- D i a l o g -
Josephus
Saya datang kepadamu, guru yang bijaksana, supaya bisa diajarkan tentang aturan-aturan dan prinsip dari musik.
Aloysius:
Jika begitu, apakah berarti kamu ingin mempelajari seni Kontrapung?
Josephus:
Iya.
Aloysius:
Tetapi apakah kamu sadar bahwa pelajaran ini seperti luasnya samudra? Kamu sedang memberikan perkerjaan yang sulit untuk dirimu sendiri. Hal yang paling sulit adalah memilih pekerjaan hidup -- dalam sebuah pilihan, apakah itu benar atau salah, akan tergantung pada nasib baik atau buruk dari sepanjang hidup mereka -- seberapa banyak kepedulian dan kejelian yang harus ia curahkan kepada seni ini sebelum ia berani memutuskan untuk terjun ke dalamnya. Untuk para musisi dan penyair, mereka terlahir untuk itu. Kamu harus coba mengingat apakah ketika di masa kecil kamu sudah merasakan kecenderungan kuat terhadap seni musik dan apakah kamu sangat terkesan dengan bunyi-bunyian indah.
Josephus:
Ya, sangat berkesan. Bahkan sebelum saya bisa beralasan, saya sangat terkesan oleh kekuatan antusiasme yang aneh ini dan saya langsung memusatkan pikiran dan perasaan saya kepada musik. Dan sekarang saya dipenuhi keinginan membara untuk memahaminya, bahkan mendorong saya sampai hampir diluar kendali, siang dan malam melodi-melodi indah seperti mengelilingi saya.
Aloysius:
Saya senang bisa mengenali bakatmu. Hanya ada satu masalah yang masih mengganggu saya. Jika ini diselesaikan maka saya akan membawamu ke dalam perkumpulan murid-murid saya.


Josephus:
Tolong katakan apa itu, guru bijaksana. Yang pasti baik masalah ini ataupun masalah lainnya tidak akan membuat saya menyerah.

Aloysius:
Apakah harapan terhadap kekayaan dan kekuasaan di masa depan membuatmu memilih jalan hidup ini (musik)? JIka memang iya, percayalah kamu harus merubah pikiranmu; siapapun yang ingin jadi kaya harus mengambil jalan lain.
Josephus:
Tidak, tentu tidak. Harap anda yakin bahwa saya tidak punya tujuan lain selain mengejar kecintaan saya terhadap musik, tanpa ada pikiran lain. Saya juga ingat guru saya sering mengatakan bahwa kita harusnya berbahagia dengan hidup yang sederhana dan selalu mengasah kemampuan dan nama baik daripada mencari kekayaan, karena Kebajikan adalah imbalannya sendiri.
Aloysius:
Saya sangat senang bisa menemukan seorang murid muda seperti yang saya inginkan. Tetapi tolong katakan pada saya, apakah kamu akrab dengan segala sesuatu tentang jarak-nada, perbedaan antara Konsonan dan Disonan, tentang perbedaan gerak-gerik melodi, dan tentang empat peraturan dari buku sebelumnya?
Josephus:
Saya percaya saya sudah tahu semua ini.

(saya masukan disini kesimpulan dari buku pertama yang dimaksud oleh Fux:)
K O N S O N A N
Unison(1st), terts (3rd), quint (5th), sext (6th), oktaf (8th), jarak-jarak nada tersebut berbunyi KONSONAN. Sebagian dari ini adalah Konsonan-Sempurna, sisanya Konsonan-Tidak Sempurna. Unison, quint (5th), dan oktaf (8th) adalah ‘Sempurna’. Sext (6th) dan terts (3rd) ‘Tidak Sempurna’. Sisa jarak-nada lainnya seperti secondo (2nd), quart (4th), diminished quint (5th), tritone, sept (7th), adalah jarak-nada DISONAN.

Hal ini adalah elemen-elemen dasar dari semua harmoni dalam musik. Tujuan dari harmoni adalah memberi kesenangan. Kesenangan dibangun dari berbagai macam variasi suara. Variasi ini adalah hasil progresi dari satu jarak-nada ke lainnya, dan progesi, pada akhirnya, dicapai dengan pergerakan. Maka dari itu kita akan mencermati sifat alami dari pergerakan.

Pergerakan dalam musik diindikasikan melalui jarak yang dilewati dari satu jarak-nada ke jarak-nada lainnya pada kedua arah, naik atau turun. Hal ini bisa muncul dalam 3 cara, masing-masing akan digambarkan disini:
GERAK-LANGSUNG (direct), GERAK-BERLAWANAN (contrary),
GERAK-TAK LANGSUNG (oblique)
GERAK-LANGSUNG (direct) terjadi ketika 2 atau lebih nada bergerak naik atau turun ke arah yang sama dengan cara bertahap atau melompat, seperti contoh dibawah ini:
GERAK-BERLAWANAN (contrary) terjadi ketika 1 nada bergerak naik dengan cara bertahap atau melompat, dan yang satunya lagi bergerak turun, atau kebalikannya:
GERAK-TAK LANGSUNG (oblique) terjadi ketika 1 nada bergerak dengan cara bertahap atau melompat, dan yang satunya lagi diam tak bergerak, seperti contoh dibawah ini:
Telah dijelaskan tentang ketiga jenis GERAK, dan akan seterusnya menjadi pedoman dalam pelatihan ini. Hal ini juga yang menentukan keempat peraturan utama berikut:
Peraturan ke-1: 
dari satu Konsonan-Sempurna ke Konsonan-Sempurna lainnya harus dilakukan dengan cara GERAK-BERLAWANAN atau GERAK-TAK LANGSUNG.
Peraturan ke-2:
dari Konsonan-Sempurna ke Konsonan-Tidak Sempurna boleh dilakukan dengan GERAK apapun dari tiga pilihan.
Peraturan ke-3:
dari Konsonan-Tidak Sempurna ke Konsonan-Sempurna harus dilakukan dengan cara GERAK-BERLAWANAN atau GERAK-TAK LANGSUNG.
Peraturan ke-4:
dari satu Konsonan-Tidak Sempurna ke Konsonan-Tidak Sempurna lainnya boleh dilakukan dengan GERAK apapun dari tiga pilihan.
GERAK-TAK LANGSUNG, jika digunakan dengan hati-hati, boleh digunakan pada semua peraturan diatas.
Aloysius:
Mari kita siap-siap untuk pelatihan ini, lalu, kemudian memulai kegiatan ini dalam nama Tuhan yang Maha Kuasa, sumber segala kebijaksanaan.
Josephus:
Sebelum kita memulai pelatihan ini, guru yang bijaksana, boleh saya bertanya tentang apa yang bisa kita mengerti dari istilah kata kontrapung (counterpoint) ini? Saya sering mendengar isitilah ini disebut-sebut tidak hanya oleh para musisi, tetapi juga oleh orang awam.
Aloysius:
Pertanyaan yang bagus, karena hal ini akan menjadi subjek yang pertama yang akan kita pelajari dan kerjakan. Perlu diketahui olehmu bahwa pada awalnya, sebelum notasi musik  dituliskan seperti sekarang, mereka menggunakan ‘titik’ (pung). Maka dari itu dulu orang-orang sering menyebut komposisi itu adalah sebuah ‘titik’ yang diletakkan berlawanan (kontra) dengan titik lainnya; Kontrapung; istilah ini masih dipergunakan hingga kini, walaupun bentuk penulisannya sudah berkembang. Secara pengertian Kontrapung dapat dimengerti sebagai sebuah komposisi yang ditulis berdasarkan peraturan-peraturan teknis yang ketat. Studi Kontrapung mencakupi beberapa jenis yang mana akan kita pelajari semuanya. Pertama-tama, kita mulai dari jenis yang paling sederhana.

(b e r s a m b u n g ...)